Beranda | Artikel
al-Quran dan as-Sunnah Terjaga
Jumat, 7 Oktober 2016

Di dalam surat al-Hijr, Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami lah yang telah menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’an) dan Kami pula yang menjaganya.” (al-Hijr : 9)

Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan, bahwa maksud ayat ini adalah Allah senantiasa menjaga al-Qur’an ini dari gangguan setan baik dalam bentuk penambahan maupun pengurangan ataupun penggantian. Allah berfirman (yang artinya), “Tidak datang kepadanya kebatilan dari arah depan dan dari arah belakang.” (Fushshilat : 42) (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 694)

Imam Ibnu Katsir rahimahulah menerangkan, bahwa maksud ayat ini adalah Allah menjaga al-Qur’an dari perubahan dan penggantian (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 4/527)

al-Qur’an adalah kalam/ucapan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan apabila ada seorang diantara kaum musyrik itu yang meminta perlindungan (keamanan) kepadamu maka lindungilah dia sehingga dia bisa mendengar kalam Allah.” (at-Taubah : 6)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa yang dimaksud ‘kalam Allah’ di dalam ayat tersebut adalah al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 4/113)

Allah turunkan al-Qur’an dan as-Sunnah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Allah turunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, dan Allah ajarkan kepadamu apa-apa yang sebelumnya tidak kamu ketahui…” (an-Nisaa’ : 113)

Di dalam ar-Risalah, Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Aku mendengar para ulama al-Qur’an yang aku ridhai, mereka mengatakan bahwasanya yang dimaksud al-Hikmah adalah Sunnah (hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (lihat Ma’alim Ushul Fiqh, hal. 118)

Oleh sebab itu wajib tunduk kepada perintah dan larangan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah hal itu, dan apabila aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sekuat kemampuan kalian.” (HR. Bukhari). Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ketahuilah, bahwa apa-apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama kedudukannya dengan apa-apa yang diharamkan oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah) (lihat Ma’alim Ushul Fiqh, hal. 121)

al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan wahyu dari Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah dia -Muhammad- berbicara dengan hawa nafsunya. Tidaklah yang diucapkannya itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (an-Najm : 3-4).

Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini merupakan bantahan bagi orang kafir di masa itu yang mengatakan bahwa Muhammad mengarang al-Qur’an itu dari pikirannya sendiri (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 1242). Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Ayat ini menunjukkan bahwasanya as-Sunnah (hadits) merupakan wahyu dari Allah kepada rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan Allah turunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah.” Dan ayat ini juga menunjukkan bahwa beliau ma’shum/terjaga dalam hal penyampaian berita yang bersumber dari Allah ta’ala dan syari’at-Nya. Hal itu disebabkan ucapan beliau tidak muncul dari hawa nafsu tetapi bersumber dari wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 818)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya aku telah diberikan al-Kitab (al-Qur’an) dan yang serupa dengannya bersama itu.” (HR. Abu Dawud)

Oleh sebab itu ketaatan kepada rasul merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa taat kepada Rasul itu sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80). Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa di dalam ayat ini Allah memberitakan barangsiapa taat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia telah taat kepada Allah dan barangsiapa durhaka kepadanya sesungguhnya dia telah durhaka kepada Allah. Dan tidaklah hal itu melainkan karena apa-apa yang beliau ucapkan tidak lain merupakan wahyu yang diwahyukan kepadanya (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 2/363)

Dengan demikian, as-Sunnah atau hadits merupakan wahyu yang kedua -setelah al-Qur’an- sehingga barangsiapa mengingkari dan menentangnya maka dia menjadi kafir (lihat keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah dalam Minhatul Malik al-Jalil, 1/7)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Apabila kalian menemukan Sunnah (hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ikutilah ia, dan jangan kalian menoleh kepada [pendapat] siapa pun.” Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di tepi jurang kehancuran.” (lihat nukilan-nukilan ini dalam Ma’alim Ushul Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah, hal. 145)

Allah berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi dari perintah/ajaran rasul itu, bahwa dia akan tertimpa fitnah (hukuman/penyimpangan) atau menimpa kepadanya azab yang sangat pedih.” (an-Nuur : 63). Ayat ini merupakan salah satu dalil yang menunjukkan wajibnya mengikuti sunnah atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Sunnah/hadits ini apabila telah terbukti kesahihannya maka seluruh umat muslim sepakat atas kewajiban untuk mengikutinya.” (lihat nukilan ini dalam Ma’alim Ushul Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 120)

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya sebuah sunnah/hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak halal baginya meninggalkan hadits itu gara-gara pendapat siapa pun.” (lihat nukilan ini dalam Shifat Sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya al-Albani, hal. 50)

Sahabat yang mulia Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma menceritakan : Dahulu aku mencatat semua yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena aku ingin menghafalkannya. Orang-orang Quraisy pun melarangku. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kamu menulis segala yang kamu dengar dari Rasulullah. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia. Bisa jadi beliau berbicara dalam keadaan marah.” Maka aku pun berhenti mencatatnya. Lalu aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau pun bersabda, “Tulislah, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 7/443)

Demikian sedikit catatan yang bisa kami kumpulkan -dengan taufik Allah semata- semoga bermanfaat. Dan segala puji hanya bagi Allah Rabb seru sekalian alam.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/al-quran-dan-as-sunnah-terjaga/